Sabtu, 22 Oktober 2011

jumat 09 april 2010

Jum’at 09 April 2010.
Seperti biasa setiap pagi saya dibentak hingga terbangun oleh ayam tetangga saya si Jenggo. Kenapa namanya Jenggo? Jangan tanyakan mengapa karena ku tak tahu. Mungkin karena dulu dia pernah kena penyakit Jenggo. Karena bentakan si Jenggo setiap pagi saya harus mengheningkan cipta sejenak untuk menstabilkan aliran arah dijantung saya, maklum orang kalo lagi tidur dibentak kan jadi aneh perilakunya, biasanya, dan itu tidak terkecuali dengan saya.

Tak ada yang istimewa pada hari ini, seperti biasa saya melakukan aktivitas sehari-hari saya seperti sedia kala. Tak jauh dari perasaan saya yang selalu ingin makan, mengantuk, buang gas dlsb. Saya mengawali pagi dengan meneggak secangkir susu kucing atau kalau di warung ditulis susu kaleng (tidak boleh menyebutkan merk) tulisannya sih susu sapi tapi kita kan tidak tahu apakah itu memang susu sapi atau susu kucing, ditemani dengan seenggok nasi uduk lengkap dengan goyangan sang penjual. Ahay. Tak penting soal penjual yang bergoyang.

Setelah puas menikmati nasi uduk + goyangan, saya lantas bergegas menyiapkan perlengkapan paskibra saya, karena berhubung hari ini saya ada niat untuk membahagiakan negara tercinta ini, dan kebetulan hari ini jadwal untuk eskul paskibra, ternyata semua serba kebetulan bukan? Setelah semua diperhitungkan dengan matang saya langsung mengambil aba-aba untuk segera berangkat ke medan latihan. Setelah 1/32 perjalanan saya merasakan sesuatu yang janggal, dan ternyata eh ternyata minuman itu haram, memang benar, tapi bukan itu yang saya maksud, yang saya maksud adalah lebih dari sekedar minuman yang haram, tapi sesuatu yang bisa mempengaruhi kinerja saya dalam menjalankan niat saya untuk membahagiakan negara, yaitu saya belum diberi ongkos. Alangkah polosnya saya sehingga sebuah ongkos saja saya lupa untuk meminta, setelah menyadari perihal ongkos tersebut, saya sempat bingung apa yang harus saya lakukan selanjutnya sementara saya sedang dalam perjalanan jauh menuju TKP. Dengan kepolosan saya, saya sedikit mencoba untuk berpikir walaupun saya sedikit kurang bisa dalam memikirkan sesuatu diluar perasaan saya yang selalu ignin makan, tidur, dan buang gas dlsb. Dan akhirnya saya memutuskan untuk kembali pulang, alangkah senangnya saya ketika memasuki kawasan rumah saya yang mewah (mepet sawah), saya disambut oleh adik saya tercinta bersama dengan teman-temannya yang sedang bermain dihalaman rumah dengan ekspresi wajah seperti orang yang selama 29 tahun dipasung lalu ditahun yang ke-30 dilepaskan, wajah mereka yang sangar seakan melihat sebuah harapan dibalik mata saya untuk mereka.

Setelah selesai urusan dengan adik tercinta dan para komplotannya, saya meneruskan perjalanan saya yang sempat tertunda karena sesuatu hal tadi. Kini sesuatu hal terjadi di jalan, ketika saya melewati persimpangan antara pasar bengkok dan cileduk saya menjumpai sebuah manusia jelita yang wajahnya sangat elok bagaikan ukiran ventilasi masjid, wajahnya merah merona, lalu saya lihat bagian kakinya apakah menapak tanah atau tidak dan ternyata Alhamdulillah menapak. Saya tak ambil pusing soal wanita tersebut, tiba-tiba saya langsung teringat seseorang disekolah saya yang pada saat itu sedang berjuang mati-matian untuk membahagiakan negara, yang jika saya ada didekatnya secara otomatis badan saya terkunci seperti seorang terpidana mati yang akan disetrum. Seorang kakak kelas disekolah yang apabila dia lewat didepan saya serasa dunia hanya milik dia, saya dan yang lainnya hanya mengontrak dan kebetulan sudah 6 bulan saya belum bayar uang sewa.

Lupakan soal uang sewa yang sudah 6 bulan tidak saya bayar. Setibanya di TKP saya langsung mengikuti jalannya latihan dengan khidmat, tanpa ada yang berbicara sedikitpun, semuanya serasa mencekam, seolah ada granat yang menempel di mulut yang akan segera meledak jika berbicara sedikit saja. Sekitar pukul 10.30 pagi, latihan pun selesai, akhirnya sebuah niat saya untuk membahagiakan negara kembali terpenuhi dan saya sangat bahagia. Sepulang latihan saya mampir ke sebuah counter majalah, saya ingin membeli sebuah majalah musik, saya hampiri sang penjual yang kebetulan sebuah wanita, tanpa banyak bicara saya langsung meminta diambilkan sebuah majalah msuim tapi saya tidak mendapat sebuah respon yang berarti dari wanita tersebut, yang dia lakukan hanyalah memandang mata saya seolah ada pelangi yang senantiasa mewarnai hari-harinya. Lalu saya pulang dan menyiapkan diri untuk melaksanakan ibadah solat Jum’at.

Sekian cerita saya pada hari ini, sebenarnya masih banyak, tapi sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, jadi 1/4 nya aja ya, yang penting kita bisa saling berbagi pengalaman, buanglah semua keluh kesah kita dengan berbagi. Apabila ada kata-kata yang kurang berkenan mohon maaf, karena saya hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Terima kasih telah membaca. ^_^

0 komentar:

 
Blogger design by suckmylolly.com